Dalam bungkam
Sering kumarahi diriku sendiri
Mengapa tak jua bisa
Membahagiakan orang yang kucintai
Senantiasa aku mengirim luka
Meski tak kusengaja
Ku sangat memahami
Jika rasa adalah himpunan kelembutan
Yang denyutnya terlalu peka
Bila disentuh energi cinta
Yang tertunggangi kekhuwatiran
Namun aku tetap gagal
Sekalipun dengan sepenuh hati
Menjaga perasaannya
Menjiwainya
Menghormatinya
Memanjakannya
Akupun dalam bisu
Menyembunyikan perih
Kiriman luka dari yang kusayang
Serupa belati yang dihias bunga asmara
Yang menancap ke qalbuku dengan santun
Dan aku tak pernah menanyakan tentang kiriman itu
apalagi menggugat
Dengan senyum seolah tak terjadi apa-apa
Darah itu dibiarkan menetes dari hatiku
Agar perihnya menyempurnakan cinta
Tentu pedihnya takkan tersembuhkan
Supaya cinta pulang ke rumah arifnya
Sebagaimana awalnya Maha Kehidupan mengadakan cinta
Aku tak peduli apakah ini yang disebut kesetiaan
Tapi yang pasti
Tetes darah itu membeningkan hatiku
Yang berubah jadi cahaya bening
Tempat aku bercermin
Tempat aku menatap wajah indah-NYA dengan mata batin
Andai getar cinta ini sungai
Meski debit airnya mengecil membawa kerikil perih
Tapi masih bisa mengalir pulang ke Lautan Maha Cinta-NYA
Hingga luka parah cinta ini tersembuhkan
Kerana penyakit cinta
Hanya ALLAH
Yang bisa menyembuhkannya
Akhirnya aku bersyukur
Dengan cinta seluka apapun
Tetap lebih banyak indahnya
Andai tak dititipkan cinta
Hidup adalah hampa
Hamba Yang Dhoif
Comments
Post a Comment